Munirulabidin's Blog

May 7, 2010

Manajemen Dalam Perspektif Islam

Filed under: MANAJEMEN PENDIDIKAN — Dr. Munirul Abidin, M.Ag @ 7:45 am

A. Manajemen Dalam Perspektif Syari’ah.
Kata manajemen berasal dari bahasa Latin, yaitu kata “manus” yang berarti tangan dan “agere” yang berarti melakukan. Kemudian kedua kata itu digabung menjadi kata kerja “managere” yang berarti manangani. Dalam bahasa Inggris, kata managere tersebut diterjemahkan ke dalam bentuk kata kerja sehingga menjadi to manage dengan kata benda management, yang dalam bahasa Indonesia berarti pengelolaan.
Secara istilah kata manajemen memiliki makna yang lebih luas. Menurut Harold Koonts dan Cyril O’donnel (1982) , manajemen adalah usaha mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain. Dengan demikian manajer mengadakan koordinasi atas sejumlah aktivitas orang lain yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian.
Sementara James F. Stoner menjelaskan bahwa manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Dari beberapa definisi di atas pada intinya bahwa manjemen adalah suatu proses yang terdiri dari tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalikan yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu melalui pemanfaatan sumberdaya yang ada.
Kata manajemen, memang tidak ditemukan dalam Al-Qur’an dan hadits secara langsung. Akan tetapi prinsip-prisip manajemen, seperti yang tercantum dalam definisi tentang manajemen, sangat banyak dijelaskan dalam Islam. Dalam pandangan Islam segala sesuatu harus dikerjakan secara baik, teratur dan benar. Segala prosedur yang telah ditetapkan harus diikuti secara benar dan sesuatu tidak bisa dikerjakan secara sembarangan. Itulah beberapa prinsip utama yang diajarkan dalam Islam ketika mengerjakan sesuatu, seperti yang disabdakan Rasulullah saw. Berikut.
إِنَّ الله يُحِبَُ إِذًا عَمِلَ أَحَدُكُمُ الْعَمَلَ أَنْ يُتْقِنَهُ (رواه الطبرانى)
Artinya: “Sesungguhnya Allah senang jika seseorang di antara kamu mengerjakan suatu perbuatan lalu dia mengerjakannya secara sempurna” (HR. Thabrani)
Menurut Didin Hafiduddin kata itqaan berarti dikerjakan secara teratur, sesuai dengan target dan sempurna. Hal ini berarti mengerjakan sesuatu secara teratur, sesuai target dan sempurna merupakan sesuatu yang dicintai oleh Allah. Prinsip-prinsip ini sejalan dengan prinsip-prinsip manajemen secara umum yaitu merencanakan, mengorganisir, melaksanakan, mengontrol dan mengevaluasi dalam rangka untuk mencapai suatu tujuan organisasi. Secara tidak langsung prinsip-prinsip manajemen tersebut sangat dianjurkan dalam Islam dalam mengerjakan segala sesuatu.
Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Ya’la disebutkan sebagai berikut.
إِنَّ الله كَتَبَ الإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَئ (رواه مسلم)
Artinya: Sesunggunya Allah mewajibkan kita untuk mengerjakan ihsan dalam segala sesuatu (HR. Muslim)
Menurut Didin kata “ihsaan” berarti mengerjakan sesuatu dengan usaha yang maksimal. Hadits di atas secara tidak langsung berarti menganjurkan kepada setiap muslim untuk mengerjakan segala sesuatu secara maksimal dan tidak boleh mengerjakan sesuatu secara sembarangan. Suatu pekerjaan tidak akan bisa dikerjakan secara maksimal, apalagi dalam skala besar, kecuali jika dikerjakan secara benar, teratur dan terencana. Inilah prinsip-prinsip manajemen modern pada saat ini. Intinya, seorang muslim jika mengerjakan sesuatu, harus mengerjakannya secara benar, terencana, teratur dan terorganisir.
Dalam manajemen, agar suatu pekerjaan bisa dikerjakan secara benar, tepat dan memenuhi sasaran, maka harus direncanakan. Perencanaan menjadi sangat penting dalam pencapaian suatu tujuan, agar seseorang terhindar dari sesuatu yang meragukan. Dengan perencanaan, seorang muslim akan terhindar dari hal-hal meragukan yang berada di luar tujuan. Islam melarang umatnya mengerjakan sesuatu yang meragukan dan menyuruh untuk mengerjakan sesuatu yang sudah jelas dan terencana, seperti yang disabdakan Rasulullah saw. Berikut.
دَعْ مَا يُرِيْبُكَ إِلَى مَالاَ يُرِيْبُكَ (رواه الترمذى والنسائى)
Artinya: Tinggalkan apa yang meragukanmu dan beralihlah kepada apa yang tidak meragukanmu (HR. Tirmidzi dan Nasai)
Hadits di atas menganjurkan agar kita meninggalkan suatu pekerjaan yang meragukan kepada sesuatu yang tidak meragukan. Pekerjaan apapun jika tidak direncanakan secara baik, akan menyebabkan keraguan pada diri kita, baik keraguan dari sisi teknis, metode maupun sasaran yang akan dicapai. Karena itu, dalam manajemen pekerjaan, salah satu proses yang pertama kali harus dilakukan adalah melakukan perencanaan, mulai dari perencanaan sasaran yang ingin dicapai, teknologi yang akan digunakan sampai metode yang akan digunakan untuk mencapai sasaran tersebut. Rasulullah saw. Juga menjelaskan dalam haditsnya yang lain.
مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيْهِ (رواه الترمذى)
Artinya: Sebaik-baik seorang muslim adalah yang meninggalkan pekerjaan yang tidak bermanfaat baginya. (HR. Tirmidzi)
Menurut Didin, salah satu pekerjaan yang tidak akan membawa banyak manfaat adalah pekerjaan yang tidak direncanakan dengan baik. Di samping itu, suatu pekerjaan juga tidak akan mencapai hasil yang maksimal jika tidak diorganisir, tidak dikontrol dan tidak dikontrol dengan baik. Karena itu, penerapan prinsip-prinsip manajemen dalam melakukan suatu pekerjaan, sangat relevan dengan prinsip-prinsip Islam dalam perintah melakukan suatu pekerjaan secara terencana, terorganisir, terkontrol dan terukur.

Leave a Comment »

No comments yet.

RSS feed for comments on this post. TrackBack URI

Leave a comment

Create a free website or blog at WordPress.com.